Selasa, 09 Desember 2008

Pemuda dan Ekonomi Syariah

Oleh: Riza Rizky Pratama


Saya menulis tulisan ini karena terinspirasi oleh sebuah iklan (iklan rokok tapi bukan rokoknya yang membuat saya terinspirasi tapi substansinya) yang isinya merupakan rentetan sebuah perjalanan panjang sejarah bangsa kita di mana ke semua momen bersejarah tersebut dikawal oleh sekawanan pemuda tangguh dan berpikiran cemerlang.


Dimulai pada 20 Mei 1908, seorang pemuda bernama Dr. Soetomo bersama teman-temannya mendirikan sebuah organisasi bernama Boedi Oetomo guna melawan dominasi penjajah Belanda ketika itu sehingga berkat jasanya pada tanggal tersebut dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.


Dilanjutkan pada tanggal 28 Oktober 1928, seluruh organisasi pemuda dari seluruh nusantara ketika itu mulai dari Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond dan lain-lain berikrar sepenuh hati guna mewujudkan Indonesia yang teguh dan bermartabat dalam sebuah perjanjian sakral yang dinamakan Sumpah Pemuda.




Kemudian menjelang 17 Agustus 1945, sejumlah pemuda mendesak pemuda lainnya untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia yang ketika itu berada dalam genggaman Jepang dan tepat pada tanggal 17 Agustus 63 tahun yang lalu di jalan Pegangsaan Timur no 56 diberitakan ke seluruh penjuru nusantara bahkan dunia bahwa Indonesia telah merdeka.


Itu hanya sekelumit kisah dari beberapa pemuda yang produktif serta kreatif terus memperjuangkan nasib bangsa ini dalam menghadapi keterpurukan yang senantiasa melanda. Lalu, apa kaitan pemuda dengan ekonomi syariah? Tentu sangat berkaitan melihat realitas ekonomi dewasa ini dimana ketika materi telah menjadi panglima dalam setiap lini kehidupan manusia, termasuk pemuda.


Bisa kita jumpai sekarang ada beberapa teman kita dengan bangga menyandang Blackberry-nya ataupun gadget hi-tech lainnya di mana tidak semua fitur yang ada di dalamnya mereka gunakan apalagi dimengerti. Atas nama sebuah gengsi dan harga diri yang tinggi, mereka korbankan sebagian besar uang orangtua mereka guna menebus sebuah kemubaziran. Padahal tidak lebih dari 50 meter ada orang yang senantiasa menengadah tangannya berharap mendapat rezeki dari orang sekitarnya. Dan dengan entengnya sekelompok anak muda ini berseloroh "nggak ada uang kecil" atau yang lebih parah "emang gue pikirin".


Maka dari itu, sebelum lebih jauh kita membicarakan tentang bank ataupun institusi keuangan syariah lainnya mari kita benahi perilaku ekonomi kita selaku pemuda dengan lebih mengedepankan kebutuhan dibandingkan keinginan sesaat. Memang terdengar mudah, namun pada kenyataannya butuh extraordinary effort guna mewujudkan pemuda tangguh yang selalu peduli dengan keadaan sekitarnya sehingga akan lahir generasi muda baru yang siap menerjang arus globalisasi yang semakin liar. Rasulullah SAW bersabda bahwa amal yang baik adalah amalan sederhana namun konsisten dalam perwujudannya (istiqomah).


Shariah Economy is my brand, do you have it? If you don't, just come and join with us in Lisensi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Try it and feel the difference.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar