Perusahaan boleh saja mengalokasikan jutaan bahkan miliaran rupiah untuk promosi produk/jasa yang dihasilkan lewat iklan. Tapi, promosi yang paling efektif justru melalui word of mouth alias mulut ke mulut. Hal itu dapat terjadi jika kepuasan pelanggan akan produk yang dihasilkan terpenuhi karena pelanggan yang puas akan menjadi juru bicara produk secara lebih efektif dan meyakinkan (Hermawan Katajaya: 2007). Kepuasan pelanggan mustahil terjadi tanpa servis yang prima sebagai salah satu variable independen yang mempengaruhi penjualan.
Nah teman-teman, mari kita kupas seluk beluk dari servis ini. Servis seringkali dimaknai sebatas layanan sebelum, selama dan sesudah transaksi. Padahal, servis maknanya sangat luas dan dapat dikembangkan ke berbagai kemasan. Dengan servis, kita dapat memberikan solusi kepada konsumen seiring perkembangan zaman yang dinamis, contoh Nokia 810 Car Phone, salah satu produk handphone terbaru nokia yang melayani kebutuhan komunikasi di dalam mobil. Nokia memberikan solusi atas permintaan pelanggan yang menginginkan komunikasi praktis anytime & anyway. Dengan servis, kita memberikan pelayanan secara total agar kepuasan konsumen dapat terpenuhi secara multisensory. Contoh tempat relaksasi ( spa) yang menurut penelitian beberapa ahli menawarkan servis yang lebih besar daripada jasa utama yang ditawarkan. Spa menawarkan jasa pemandian air panas dengan layanan musik sebagai sarana memuaskan indera pendengaran (telinga), layanan pemandangan indah lewat akuarium untuk memuaskan indera penglihatan (mata), layanan aromatherapy untuk memuaskan indera penciuman (hidung), pemberian jus untuk memuaskan indera pengecapan (lidah) dan pemijatan disertai peluluran untuk memuaskan indera peraba (kulit). Dengan terpuaskan semua indera, maka servis yang diberikan telah sukses menciptakan suatu pemasaran total (holistic) dan dapat digunakan sebagai alat promosi untuk menciptakan memorable experience di benak konsumen.
Dari beberapa analogi di atas, pada dasarnya servis dapat dikembangkan dalam membangun karakter diri. Banyak perusahaan yang membuka stand di mall untuk mempromosikan produk mereka lewat SPG/SPB. Sales tersebut bersikap ramah, sopan, senyum dan santun untuk menarik minat pelanggan. Tetapi beberapa sikap baik tersebut dapat diartikan bukan hanya untuk menguntungkan perusahaan, tetapi merupakan sarana memperkuat karakter diri secara personal jika dilakukan terus-menerus. Semakin sering seseorang berbuat baik maka semakin mendarah daging kebaikan tersebut di dalam dirinya.
Saudaraku yang mencintai dan dicintai Allah SWT, hidup kita tidak semata-mata mencari kesenangan sesaat di dunia. Tetapi lebih daripada itu, jauh kita memandang ke depan ada tujuan hidup yang lebih mulia yaitu meraih ridho dan surga Allah SWT. Ketika kita melayani orang lain dengan sepenuh hati serta menjadikan semua usaha dan kerja kita sebagai ladang amal dan pemupukan pahala, maka Insya Allah usaha yang kita lakukan akan menciptakan self satisfaction dari segi materi maupun non materi. Seperti saat perusahaan-perusaahan besar mengeluarkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) kepada masyarakat. Ketika suatu perusahaan menempelkan label merk produknya di bingkisan amal lalu ditampilkan di berbagai media, di saat itulah ajang promosi dilakukan untuk menciptakan brand kepada konsumen bahwa perusahaan tersebut memiliki jiwa sosial yang tinggi sehingga konsumen simpatik untuk membeli produknya. Di satu sisi santunan yang dikeluarkan memang hanya sebatas untuk mencari keuntungan materi, tetapi di sisi lain dapat memotivasi pihak-pihak lain untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan dengan mengeluarkan santunan serupa. Kita dapat melihat multiflier effect dari CSR tersebut yang secara tidak langsung menambah jumlah orang yang ingin beramal sekaligus turut serta membantu menyukseskan beberapa program pemerintah antara lain penanggulangan kemiskinan (jika CSR berupa santunan kepada fakir miskin) dan peningkatan kualitas pendidikan (jika CSR berupa pemberian beasiswa). Tetapi yang perlu dilandaskan dalam hati adalah setiap kebaikan yang kita lakukan harus dilandasi dengan keikhlasan tanpa ada rasa ingin dipuji orang lain (ri’ya).
“If you give a good service, you can take a better service and do anythings because Allah”
Wallahu A’lam Bis Shawab
__________________________________
Ditulis oleh Yogahariawan.
Mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis, prodi manajemen, konsentrasi keuangan.
maaf saudaraku... ada beberapa hal yg belum saya pahami, tlg jelaskn pada kami bagaimana hubungan 3 peran penting pelayanan dalam perusahaan yaitu service dri perusahaan, service dri produk, dan service dri perorangan/sales/"karakter diri"....terimakasih atas jawabannya
BalasHapusiya sama...
BalasHapusmo nanya nih....gimana si caranya ngeposting note disini???coz ane punya banyak note ni....mudah2an ja berguna....
BalasHapuskirim aja tulisan antum ke email kami, lisensiuinjkt@yahoo.com
BalasHapusBagaimana jika seorang perusahaan atau peorangan yang kaya raya berniat ingin beramal sekaligus tidak memamerkan siapa diri nya...tanpa sepengetahuan nya media mempublish siapa diri nya karna dia org yang terkenal.
BalasHapusApa itu termasuk riya